Blog Rumah Hijrah - Lazimnya di zaman now, masak nasi dilakukan dengan menggunakan
Rice Cooker, magicom atau magic jar. Benda-benda tersebut adalah pengganti
dandang, langseng, kukusan atau panci yang di hari-hari sudah mulai dimuseumkan
dari perdapuran dunia. Meski tidak menutup kemungkinan ada yang masih
melestarikannya hingga saat ini. Lalu bagaimana dengan cara yang tidak lazim?
Hmmm, kebetulan ada pengalaman pribadi yang pernah saya alami sendiri.
Nasi kapsah/suwayah menjadi makanan andalan di Saudi Arabia (Foto net)
Bagi ekspatriat
dari timur seperti saya. Nasi tetaplah menjadi primadona dalam urusan perut.
Meski di Saudi sendiri tidak kekurangan sedikitpun makanan yang bisa
dijadikan pengganti nasi. Roti, Samoli, Tamis, dll. Sebenarnya untuk nasi
sendiri tidak sulit mendapatkannya. Hampir disepanjang jalan biasanya ditemui
rumah makan yang menyediakan nasi bukhori dengan menu dujjaj ala sawayah,
dujjaj ala fahm, mandi, dll. Semua itu bisa kamu nikmati tergantung selera
masakan mana yang kamu sukai. Ala Yamani, ala pakistani atau ala bukhori.
Sebagai orang Indonesia yang menjunjung tinggi pepatah hemat pangkal kaya,
sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit tentu saja memanjakan lidah di
rumah makan-rumah makan tersebut setiap hari tidak sehat untuk dompet saya.
Sesekali boleh-boleh saja. Karenanya memasak nasi sendiri adalah pilihan yang
tepat dan bijak.
Tidak banyak
pilihan beras yang ada di Saudi. Bila kamu ke baqolah-baqolah (warung-pen) yang menyediakan
beras, yang umumnya kamu temui adalah beras-beras india, mesir dan Thailand.
Sementara yang menjadi pilihan saya selama di Saudi adalah beras Mesir. Beras
yang berasal dari mesir pada umumnya bertekstur lebih besar, bahkan ada yang
hampir berbentuk bulat. Warnanya lebih putih ketimbang beras india yang
kebanyakan berwarna kuning. Beras india bebentuk panjang. Mengingatkan saya
pada air hujan. Untuk urusan harga, beras mesir yang biasa saya beli per5
kilonya adalah 20-25sar saja. Intinya disini memasak nasi sendiri jauh lebih
hemat ketimbang harus membeli.
Awalnya saya memasak nasi dengan panci (Foto pribadi)
|
Akhirnya saya dapat Rice Cooker baru (Foto pribadi) |
Kemudian untuk
memasak nasi tentu saja yang kamu butuhkan adalah panci. Kenapa panci? Karena
panci lebih mudah didapatkan ketimbang Rice Cooker. Saya sendiri pada akhirnya
berhasil mendapatkan Rice Cooker di sebuah toko elektronik yang berada di
kawasan Dawwudiyah. Cukup mahal memang, untuk rice cooker seukuran 2,2 liter
dihargai 100sar. Tak masalah menurut saya, terkadang modal memang harus
dikeluarkan diawal, demi berhemat dikemudian hari.
Hingga suatu kejadian
harus saya alami. Ketika itu saya belum memiliki Rice Cooker sama sekali.
Memasak nasipun harus menggunakan panci. Sama seperti peristiwa yang pernah
terjadi sebelumnya (baca : Ketika Setrika Menjadi Kompor), saya kehabisan gas buat memasak. Saat darurat muncullah ide untuk memindahkan beras yang berada di panci tadi ke dalam teko listrik. Teko listrik memang lebih familiar di Saudi dibandingkan Rice Cooker. Tapi untuk memasak nasi didalam teko listrik tentu bukanlah hal yang lazim.Demi alasan kepepet
tadi hal yang tak lazim tersebut tetap saja saya lakukan. Sedikit membutuhkan
kesabaran, karena saya harus menekan tombol on berkali-kali. Sampai beberapa
kali didihan air akhirnya nasinya benar-benar matang. Walhamdulillah.
Alternatif memasak nasi dengan menggunakan teko listrik (Foto pribadi) |
Matang!!! (Foto pribadi) |
Nah, cara seperti
ini bisa saja kamu gunakan, bila memang benar-benar darurat tentunya. Tak ada
rotan akarpun jadi, apapun bisa Anda improvisasikan. Saya Ramadhan, selamat datang di Rumah Hirah, salam hangat dari
kota Madinah.
Tidak ada komentar: